Pertama lihat Thifan Pokhan sebenarnya sudah dari dulu sejak masih duduk di bangku tsanawiyyah pesantren Persatuan Islam di kota Sumedang, ketika itu saya dan teman-teman menonton sebuah acara yang diadakan oleh organisasi Persatuan Islam atau PERSIS di alun-alun kota yang didalamnya ada peragaan beladiri yaitu Thifan Pokhan, namun saat itu saya belum tahu kalau namanya Thifan Pokhan.
Saat itu saya menonton pertunjukan jurus dan peragaan kekuatan tubuh dari pesantren Persatuan Islam asal Garut dimana orang yang meragakan jurus dipukul badan dengan tongkat rotan dan tidak terjadi apa-apa, Wooww.. keren dalam hati saya, pertunjukan pun dilanjutkan siperaga salto dari panggung dan mendarat dengan punggungnya, wah gagal salto nih orang... pikir saya, ternyata bukan gagal salto itu merupakan peragaan kekuatan tubuh, hebaaatt....lah pokonamah.
Namun saat itu saya belum berlatih karena di pesantren PERSIS saya waktu itu belum ada pembimbingnya, pernah juga dengar Syufu Taesukan karena teman satu kelas saya ada yang berlatih saat itu saya juga belum tahu kalau Syufu Taesukan masih satu rumpun dengan Thifan Pokhan, berkenalan dengan Thifan Pokhan juga pernah terjadi saat kakak saya alm Teten Firman Hidayat mondok di Ponpes Khusnul Khotimah Kuningan Jawa Barat, saat itu beliau bawa seragam nya berwarna biru polet kuning.
bersama teman lanah UI |
Bulan berlalu tahun berganti saya hijrah ke kota Depok dan di kota inilah saya mulai mengenal lebih jauh dan akhirnya berlatih beladiri Thifan Pokhan aliran Tsufuk, dulu waktu sebelum berlatih Thifan Pokhan saya pernah berlatih beladiri tenaga dalam yang dengan gerakan tangan saja orang bisa mental, saat itu saya belum ngeh kalau itu ternyata musyrik (masya Allah...), pernah juga belaja Wushu entah kenapa si pelatih yang maih kerabat saya tidak ngelanjutin latihannya lagi, akhirnya berlatihlah saya Thifan Pokhan.
Awal diajakin sebenernya masih males-malesan walaupun sekarang nggak dibilang rajin juga, tapi lama-kelamaan saya mulai enjoy dan menyenangi beladiri ini, karena di bela diri ini saya belum menemukan adanya unsur kemusyrikan didalamnya seperti yang pernah ustadz Habib sampaikan waktu kemaren ujian kenaikan tingkat bahwa berlatih beladiri ini jadikan sebagai wujud rasa syukur kita kepada Allah, syukur atas nikmat sehat dan waktu luang yang Allah berikan kepada kita, karena tidak semua orang punya waktu dan punya kemauan untuk berlatih beladiri Thifan Pokhan ini.